tingkat kepedulian diri

Oleh: Muhamad Luthfi

April 19th 09

Ini bukan sebuah bacaan yang ingin diapresiasi, karena memang mungkin tak ada bagusnya. Ini sebuah tumpahan perhatian saya tentang lingkungan sekitar yang terus berjalan dan bertumbuh dengan menjalar tidak seimbang. Apa masalahnya? Kita tahu bahwa fakta orang miskin (marginal) adalah nyata di setiap mata orang yang berpenghasilan cukup untuk mereka dan keluarga mereka makan dua bulan lebih. Sedangkan apa yang didapat saudara kita yang diberi nama marginal clan itu untuk makan setiap harinya? Sebuah kepedihan perut yang tak terisi. Ini bukan sebuah ketidak adilan nasib atau kita tidak berhak bicara Tuhan telah salah dan dengan acak memberi nasib kepada para hamba Nya. Tidak demikian. Ini hanya bicara tentang kepedulian yang harus dilakukan oleh setiap orang di dunia yang merasa mampu dan berkata saya makhluk yang memiliki hati. Tapi masalahnya adalah kapan orang-orang berani berkata Saya orang mampu setelah berucap saya makhluk yang punya hati.

Mampu, seperti yang saya bayangkan adalah keadaan dimana seseorang dapat memuhi kebutuhan primernya seperti pakaian (yang tak berlebihan yang sesuai kebutuhan pemakaian wearing), makanan sebagai pokok pemasok energi untuk hidup ( kebiasaan dinner diluar setiap malam tak dihitung tentunya), bahan bakar untuk kendaraan dan  Pendidikan. Dengan menggunakan penghasilannya. Ketika itu terjadi berarti itu adalah dimana anda telah memasuki ruang yang dinamakan mampu. Dan di saat itu pula anda harus menumbuhkan bunga kepedullian dalam diri anda yang pasti semua orang miliki. Continue reading “tingkat kepedulian diri”

Mentari jilid 2 Ldk.Ikma FT.Untirta

Menyambut awal semester genap dan semester 2 untuk para mahasiswa baru FT. membuat semangat para penurus Ldk.Ikma (lembaa dakwah kampus Ikatan keluarga masjid al-muta’alimin) memacu jantung lebih deg-degan atau cenat-cenut istilah jaman sekarang. karena untuk itu mereka harus bersiap megadakan Mentari Jilid dua setelah jilid satunya laris di pasaaran. Mentari dalam definisi anak Ikma bukan […]